Deskripsi vidio pembelajaran pelatihan Pintar Kemenag
“PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI”
Materi : Konsep Perkembangan Remaja
Oleh:
Andri Gunawan, S.Pd
Masa remaja adalah sebuah fase
transisi ketika anak mulai bergerak menuju kedewasaan. Pada tahap ini, pubertas
hadir sebagai tanda bahwa seorang anak memasuki babak baru kehidupannya. Setiap
anak mengalami pubertas pada waktu yang berbeda-beda, semua terjadi atas
kehendak Allah yang Maha Mengetahui, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Mulk
ayat 14 bahwa Allah-lah yang menciptakan dan mengetahui segala sesuatu. Karena
itu, pubertas bukanlah aib, melainkan bagian dari sunatullah yang harus
diterima dengan syukur.
Perubahan fisik yang muncul pada masa pubertas tampak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada remaja laki-laki, suara mulai menjadi lebih berat dan jakun terlihat menonjol. Kumis dan janggut mulai tumbuh perlahan, diiringi pengalaman mimpi basah sebagai tanda bahwa tubuhnya sudah mulai menghasilkan sperma. Sementara itu, remaja perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kalinya, payudara mulai berkembang, dan rambut halus tumbuh di area ketiak maupun kemaluan. Bentuk pinggul mereka pun berubah, tampak semakin melebar sebagai bagian alami dari perkembangan tubuh perempuan. Semua perubahan ini hadir bukan karena pilihan, tetapi sebagai proses alami. Karena itu, remaja membutuhkan pendampingan yang bijak, bukan ejekan yang memperburuk rasa percaya diri mereka.
Perubahan fisik sering kali diikuti gejolak emosi dan sosial. Suara yang berubah, kemunculan jerawat, keringat berlebih, hingga bau badan dapat membuat remaja merasa minder atau malu. Mereka mulai lebih sensitif dan mudah terpengaruh lingkungan sekitar. Pada fase inilah orang tua dan guru berperan besar dalam membimbing dan menenangkan mereka.
Dari perspektif fikih, pubertas adalah pertanda bahwa seorang anak telah memasuki fase baligh, yaitu masa ketika kewajiban agama mulai berlaku. Baligh bukan hanya tentang perubahan fisik, tetapi juga tentang taklif syar’i—kewajiban seorang muslim untuk menjalankan perintah Allah. Tanda baligh dapat berupa mimpi basah pada laki-laki, menstruasi pada perempuan, atau mencapai usia 15 tahun menurut mayoritas ulama. Setelah baligh, seorang remaja berkewajiban menjalankan shalat, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga aurat, serta bertanggung jawab atas setiap amal perbuatannya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra ayat 36 tentang tanggung jawab pendengaran, penglihatan, dan hati.
Tubuh setiap remaja adalah ciptaan Allah yang unik. Ada yang tinggi atau pendek, berkulit putih atau gelap—semua adalah ketetapan Allah yang sempurna. Tidak ada alasan untuk merasa minder, sebab tubuh adalah anugerah, bukan kekurangan. Allah mengingatkan dalam QS. At-Tin ayat 4 bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Itulah sebabnya orang tua dan guru perlu mengajarkan remaja untuk menghargai tubuhnya sendiri, menerima kekurangan dan kelebihannya, serta memandang tubuh sebagai nikmat yang harus disyukuri.
Tubuh juga merupakan amanah sekaligus ujian. Remaja laki-laki yang mulai merasa kuat seharusnya belajar menggunakan kekuatannya untuk membantu, bukan menyakiti. Ketertarikan seksual yang mulai muncul perlu diarahkan dengan pengendalian diri, seperti menundukkan pandangan dan menjaga adab, sebagaimana diperintahkan dalam QS. An-Nur ayat 30–31. Dengan begitu, remaja belajar bahwa menjaga tubuh berarti menjaga akhlak.
Tubuh bukanlah properti pribadi yang bebas diperlakukan sesuka hati. Remaja tidak boleh menyakiti tubuhnya sendiri, apalagi merugikan atau melakukan pelecehan terhadap orang lain. Guru mengingatkan dengan tegas bahwa tubuh adalah amanah Allah SWT—bukan mainan, tetapi tanggung jawab besar yang harus dijaga sekaligus dihormati, baik tubuh sendiri maupun tubuh orang lain.
0 Komentar