MEMFUNGSIKAN SEGENAP SUMBER DAYA YANG DI MILIKI MENUJU KESADARAN TAUHID.
Oleh: Sugianto,
S.Pd.
(Guru Akidah
Akhlaq MTs. Nurul Ikhwan)
Kualitas jiwa sangat
bergantung pada kualitas akal dan kesadaran, kesadaran dimaksud bukan sekedar
melek akan tetapi berkemampuan memahami dan merasakan adanya interaksi, kalau
akal dan kesadaran baik dan sehat maka jiwapun sehat, begitupun sebaliknya.
Maka kesimpulannya, jiwa seseorang amat bergantung pada akal dan kesadaran. Dan
akal, serta kesadaran seseorang tidaklah statis melainkan bertingkat-tingkat
seiring dengan kesadarannya.
Kualitas jiwa
ada 4 tingkatan : 1. Kesadaran Indrawi, 2. Kesadaran Rasional atau Ilmiah. 3.
Kesadaran spiritual dan 4. Kesadaran tauhid. Dimana masing-masing tingkatan
adalah menunjukkan pula kesadaran dan kualitas jiwa seseorang.
Kesadaran
Indrawi adalah : Kesadaran terendah bagi seseorang, yang berfungsi ketika
berinteraksi dengan lingkungannya, karena kesadaran mewakili jiwa maka
kesadaran indrawi juga menggambarkan kualitas jiwa maka kesadaran indrawi juga
menggambarkan kualitas jiwa terrendah. Dimana jiwa mampu berinteraksi dengan
lingkungannya melalui panca indra yang cenderung materialis.
Kesadaran
rasional / ilmiyah : Seseorang yang banyak pengalaman, akan berusaha memahami
realitas kehidupan dengan mengeksplorasi lebih jauh daripada bertumpu pada
panca indra, dan akan lebih banyak ambil pelajaran dari pengalaman orang lain.
Bahkan akan menyimpulkan dari berbagai penelitian. Khasanah menghadapi berbagai
pengalaman hidup inilah yang kemudian disebut ilmu pengetahuan.
Ia dikembangkan
berdasar rasionalitas persoalan kebutuhan hidup manusia. Maka orang yang
menggunakan berbagai khasanah keilmuan untuk memahami realitas hidupnya ini
telah mencapai kesadaran rasional alias ilmiah. “Dan perumpamaan-perumpamaan
ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu.” (Al Ankabut 43), dan Ali Imran 190, 191, Ar Ra’at 19, Al Ankabut
35, dll.
Kesadaran
spiritual : Kesadaran Tingkat ini pemahamannya mulai bergeser dari rasionalitas
menuju pemahaman yang lebih mendalam. Ia melihat adanya realitas tidak teramati
oleh ilmu empiric dan pendekatan rasional. Sehingga rasionalnya bergeser
bertumpu pada “RASA”. Rasa kekaguman yang mendalam terhadap realitas yang tidak
diduga-duganya.
Ia melihat dan
merasakan suatu yang Maha Perkasa dibalik realitas yang dieksplorasinya, ia
bertemu dengan sebuah Kekuasan yang tiada terperikan, yang mengatur,
mengendalikan seluruh semesta dengan kecerdasan yang Maha luar biasa, dan ia
melihat semesta ini sebuah Maha Karya yang diciptakan oleh yang Maha Pencipta.
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?.” (Al
Mulk 03), “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadi
(susunan tubuhmu), seimbang.” (Al Infitar 07), dan An Nahl 12, Al Haj 46, Al
Ankabut 63, Al Mukmin 67 dll.
Kesadaran
Tauhid : Inilah kesadaran tingkat tertinggi manusia, kesadaran ini didapat dari
proses kesadaran spiritual dan membutuhkan cukup waktu untuk mencapainya.
Cirinya adalah menyatunya seluruh pemahaman menjadi Tauhidullah, alias
mengesakan Allah semata melalui seluruh sikap dan perbuatannya. Yang dalam
islam disebut muslimun.
Kesadaran
tauhid muncul dari sebuah surprice dari perjalanan panjang dalam pencarian
Tuhannya yang tidak kenal lelah, kemanapun kita menghadap selalu ketemu dengan
Allah.
“Dan kepunyaan
Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 115),
“Kepunyaan
Allah-lah apa yang dilangit dan apa yang dibumi, dan adalah Allah Maha Meliputi
segala sesuatu.” (An Nisa’ 126).
Betapa Allah
meliputi segala sesuatu, kemanapun kita menghadap disitulah wajah Allah, dengan
benda atau dengan apapun kita berinteraksi disitu juga ada Allah, sedang
menghadapi apapun kita juga berhadapan dengan Allah, bahkan Allah hadir
disekujur tubuh kita, mulai denyut jantung, tarikan nafas, geliat otot,
percikan sinyal-sinyal listrik syaraf dan otak dll. Allah hadir diseluruh
penjuru sisi kehidupan.
Kita tidak bisa
membayangkan jika Allah tidak hadir pada satu sisi saja walau sekecil apapun
dalam kehidupan kita, maka akan menjadi awal keamburadulan kehidupan dan
kengerian amat sangat tak terperikan. Allah berfirman “Allah tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaan-Nya apa yang
ada dilangit dan di bumi”.
Allah selalu
dalam kesibukan mengurus mahluk-Nya “Semua yang ada dilangit dan dibumi selalu
meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar Rahman 29). Apakah
anda masih ada keberanian untuk berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah ?.
0 Komentar